TERAPI KOGNITIF PADA DEMENSIA LANSIA DI RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR PALEMBANG
—————————————————————————-
Oleh :
1.) Sriany,S.Kep,Ners. 2.) Ns.Dini Anggraini,S.Kep,M.Kes. 3.) Eric Haflah, S.Kep, Ners. 4.) Linda Hayati,S.kep,Ners (Perawat Ahli Madya RS. Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan)


Peningkatan jumlah lansia di seluruh dunia membawa dampak signifikan terhadap kesehatan masyarakat, salah satunya adalah meningkatnya prevalensi demensia. Demensia merupakan gangguan neurodegeneratif progresif yang ditandai dengan penurunan fungsi kognitif seperti memori, perhatian, bahasa, dan kemampuan berpikir abstrak yang cukup parah hingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Menurut World Health Organization (WHO, 2023), sekitar 55 juta orang di dunia hidup dengan demensia, dan jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi 139 juta pada tahun 2050. Di Indonesia, demensia menjadi salah satu penyebab utama ketergantungan pada lansia. Karena belum ditemukan terapi farmakologis yang efektif untuk menyembuhkan, maka terapi non-farmakologis seperti terapi kognitif menjadi salah satu pendekatan yang penting untuk memperlambat penurunan fungsi kognitif serta meningkatkan kualitas hidup penderita. Terapi kognitif bertujuan untuk merangsang kemampuan berpikir melalui latihan, permainan, atau aktivitas yang menantang daya ingat dan konsentrasi. Pendekatan ini terbukti dapat memperlambat penurunan fungsi otak dan meningkatkan kemampuan adaptif lansia dengan demensia.
Terapi kognitif adalah intervensi psikologis dan neurokognitif yang bertujuan mempertahankan, meningkatkan, atau memperlambat penurunan fungsi mental melalui stimulasi dan latihan otak. Menurut Carrion et al. (2018), terapi kognitif merupakan pendekatan yang menggunakan aktivitas terstruktur seperti permainan memori, diskusi, dan latihan berpikir untuk memperkuat fungsi otak yang terganggu akibat proses neurodegeneratif. Pada lansia dengan demensia, terapi ini berfokus pada latihan yang merangsang memori jangka pendek, konsentrasi, orientasi waktu dan tempat, serta kemampuan bahasa. Terapi dilakukan secara individual atau kelompok dengan suasana yang menyenangkan agar pasien tetap termotivasi.
Mekanisme terapi kognitif, menurut Siagian et al. (2020), terapi kognitif bekerja melalui prinsip neuroplasticity, yaitu kemampuan otak untuk membentuk koneksi baru dan memperbaiki jalur saraf yang rusak akibat penyakit. Dengan stimulasi mental yang tepat dan berulang, otak dapat mempertahankan fungsi-fungsinya meski terjadi degenerasi neuron. Selain itu, teori cognitive reserve menjelaskan bahwa aktivitas mental yang kompleks dapat meningkatkan “cadangan otak” yang membuat seseorang lebih tahan terhadap penurunan fungsi akibat demensia.
Bentuk terapi kognitif yang efektif untuk lansia dengan demensia diantaranya, seperti Reality Orientation Therapy (ROT) Yaitu terapi untuk membantu pasien mengenali waktu, tempat, dan orang di sekitarnya melalui pengulangan informasi harian (kalender, jam, peta, dan percakapan terarah). ROT terbukti dapat meningkatkan orientasi dan fungsi sosial pasien (Carrion et al., 2018). Cognitive Stimulation Therapy (CST) Merupakan terapi kelompok yang melibatkan aktivitas permainan, diskusi, dan tugas berpikir. Penelitian menunjukkan CST dapat memperbaiki fungsi memori dan fungsi eksekutif secara signifikan (Siagian et al., 2020). Reminiscence Therapy (Terapi Kenangan) Fokus pada mengingat pengalaman masa lalu melalui foto, musik, atau cerita. Terapi ini tidak hanya meningkatkan fungsi kognitif tetapi juga meningkatkan suasana hati dan harga diri pasien (Kim & Park, 2023). Cognitive Training Terapi ini melatih kemampuan spesifik seperti perhatian, bahasa, dan perencanaan melalui tugas-tugas kognitif yang terstruktur. Cognitive Rehabilitation Lebih bersifat individual, menyesuaikan
kemampuan dan kebutuhan pasien, dengan tujuan membantu mereka melakukan aktivitas harian secara mandiri.
Dari penjelasan di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa terapi kognitif merupakan pendekatan non-farmakologis yang efektif untuk memperlambat penurunan fungsi otak pada lansia dengan demensia. Terapi ini meliputi berbagai bentuk seperti reality orientation, cognitive stimulation, reminiscence therapy, dan cognitive rehabilitation yang berfokus pada peningkatan memori, perhatian, dan orientasi. Berdasarkan hasil berbagai penelitian, terapi kognitif terbukti dapat meningkatkan fungsi kognitif, emosional, dan kualitas hidup pasien. Oleh karena itu, penerapannya perlu diperluas di layanan kesehatan lansia dan komunitas.
*** Keterangan : Pada gambar diberikan sticker untuk menjaga privacy para pasien.
Leave a Reply