PENTINGNYA NIAT DALAM BERPUASA
“ Sesungguhnya amal seseorang tergantung dari niatnya”
Yang menjadi pertanyaan, “ Mengapa ketika kita sudah melewati beberapa hari menjalankan puasa, kita tidak lagi merasa lapar di jam makan siang ?”, Padahal selama ini di jam yg biasanya kita makan siang perut terasa keroncongan, yg disebabkan oleh mengucurnya asam lambung ke dalam lambung, yang membuat kita harus bersegera mencari makanan untuk disantap.
INILAH PERAN PENTINGNYA NIAT !
Uniknya ketika kita berniat dengan sungguh-sungguh dan memantapkan hati untuk berpuasa, maka terjadilah proses “self talk “, yang merupakan sebuah instruksi pemrograman pikiran bawah sadar dengan merubah pola “ mode makan 3x sehari ” , di “switch” menjadi “mode Puasa “ dengan pola makan hanya 2x sehari, dimana jam makan pagi dirubah menjadi lebih awal ( makan sahur ), begitu pula jam makan siang dihilangkan menjadi hanya makan malam ( makan berbuka )…. , ketika instruksi pemrograman berhasil di terima oleh pikiran bawah sadar dengan baik, maka secara bertahap sistem fisiologis tubuh berubah, dan menyesuaikan sehingga ketika siang hari yang biasanya merasa lapar yang disebabkan produksi asam lambung meningkat di saat tiba jam makan siang, tetapi ketika berpuasa itu tidak terjadi, dan tidak merasa lapar, fisikpun menyesuaikan diri ketika harus tetap beraktifitas harian padahal asupan nutrisi dan kalori dengan jumlah yang tidak sebanyak ketika kita tidak berpuasa. Ini juga bisa menjelaskan bahwa para penderita gastritis ( maagh ) malah justru sembuh ketika menjalankan ibadah puasa, karena maagh secara umum disebabkan oleh produksi asam lambung yang meningkat dan menyebabkan tukak/perlukaan pada dinding lambung. Beberapa sumber menyatakan bahwa maag juga dipicu suasana kejiwaan dan emosi negatif, misalnya perasaan cemas, marah, dan semacamnya dimana ketika berpuasa bisa membuat suasana hati menjadi lebih tenang, ikhlas, pasrah, dan merasa lebih dekat kepada Allah
Perihal ini secara teoritis bisa dijelaskan dengan teori Ivan Pavlov (Teori Classical Conditioning ), seorang ahli fisiologi yang melakukan penelitian pada anjing terkait dengan kebiasaan dan perubahan perilaku.
Pada eksperimennya, Pavlov mengukur jumlah produksi air liur anjing tersebut. Awalnya Ia membunyikan lonceng, disusul memberikan makanan kepada anjing, dan anjing tersebut mengeluarkan air liur ketika makanan telah dimunculkan. Pada eksperimen berikutnya, ketika si anjing sudah terkondisi dan terbiasa dengan suara lonceng yang diikuti kehadiran makanan, maka ketika pemberian makanan dihentikan anjing itupun masih tetap mengeluarkan air liur dengan hanya cukup didengarkan suara suara lonceng walau tanpa diberikan makanan. Bunyi lonceng telah menjadi semacam “anchor”, atau jangkar pikiran pada diri si anjing untuk memicu air liurnya.
Dalam hal ini Pavlov telah melakukan “pemrograman” , dengan melakukan pembiasaan yang menjadikannya seolah-olah suara lonceng adalah sebagai “ tombol otomatis ” pada diri si anjing, bahwa kalau ada bunyi lonceng itu berarti ada makanan, dan itu memicu produksi air liur. Dan itu sebagaimana kita memasang “niat” yang berfungsi sebagai remote control psikologis dalam proses penghentian asam lambung yang berkaitan dengan rasa lapar. (Hum-Iw)
Leave a Reply