BABY BLUES MENGAKHIRI PERNIKAHANKU

BABY BLUES MENGAKHIRI PERNIKAHANKU

Seorang ibu muda yg hidup mandiri sebagai single parent menghidupi anak laki-lakinya yg berusia 12 tahun mengisahkan perjalan penyakit Baby Bluesnya kepada kami :

____________________

Waktu melahirkan anak pertama 2010 saya mengalami baby blues, tetapi saya gak sadar apa itu baby blues. Gejala tampak itu gak lama setelah melahirkan, perasaan sedih, mudah tersinggung, hingga puncaknya berselang 5 bulan setelah melahirkan saya sampai ngamuk, marah, tidur gak bisa, selera makan pun tak ada. Gak tau siang malam, gak ingat tanggal hari, dan saya gak mau kerja lagi. Tapi kejadian ini mereda setelah keinginan saya pulang ke palembang. Dulu saya tinggal di Serang Banten kerja disana. Lebih cepat pulih tanpa berobat kerumah sakit jiwa. Tahun 2020 saya melahirkan lagi dan anak saya meninggal prematur, semakin kepikiran, semakin gak enak suasana hati, selalu sedih, tidur gak teratur, makan pun malas. Ini sampai di bawa ke RS Ernaldi Bahar ( RS Erba ) karna marah, ngamuk parah. Tahun 2021 akhir saya lahiran lagi, sudah mulai tampak gejala setelah sepekan melahirkan. Selalu sedih, tidur kurang, makan pun tak teratur, sampai akhirnya ngamuk parah, dan dibawa lagi ke RS Erba. Awal tahun 2022 selama 2 minggu dirawat di sana, akhirnya saya pulang. Terus ada kunjungan kerumah oleh dokter dan perawat dari puskesmas Plaju. Sampai sekarang saya masih dipantau dan saya kontrol rutin ke Puskesmas. Saya berangsur membaik. Ada semangat, dan senyum lagi, semakin sabar, dan sadar menghadapi hidup.

Sekarang hanya minum clozapine klo malam

Baby blues berujung perceraian

Karna saya merasa tak ada suport system yg baik, Sama mantan yg kedua saya sampe 2 kali dibawa ke RS Erba dia itu pergi klo saya sakit, tapi klo saya sehat dia balik lagi inikan namanya mau enaknya saja.